Cedera Pergelangan Kaki
Pada setiap kegiatan kita, termasuk
diantaranya adalah aktifitas fisik yang memerlukan mobilisasi organ
kaki, maka perlu diperhatikan kondisi pergelangan kaki, hal ini
disebabkan karena terdapat kemungkinan konsekuensi cidera yang terjadi
pada ankle kaki tersebut.
Secara umum disebutkan keseleo,
terkilir hingga pada kondisi yang berat terjadi patah tulang pada
pergelangan kaki. Nah dalam hal ini, maka perlu terlebih dahulu dipahami
gambaran mengenai kondisi ankle kaki tersebut.
Ankle merupakan
salah satu sendi di tubuh yang berada pas diatas kaki, yang berfungsi
menumpu berat badan, tapi juga mempunyai gerakan harmonis tertentu waktu
berdiri dan berjalan atau bahkan untuk berlari.
Kalau dilihat
pada Foto X-Ray, ankle terdiri dari susunan tiga tulang, yaitu tulang
kering, tulang betis dan tulang talus: atap ankle merupakan ujung bawah
tulang kering yang datar melintang dengan bentuk tertentu, berpasangan
dengan dasar ankle merupakan permukaan atas tulang talus, disisi dalam
dikuatkan oleh mata kaki dalam yang merupakan tojolan kebawah dari
tulang kering; disisi luar dikuatkan oleh mata kaki luar yang merupakan
ujung bawah tulang betis.
Kesetabilan sendi tidak cukup dengan
susunan tulang yang harmonis tersebut, tapi ada penguat lain, berupa
jaringan “non tulang” yang meliputi: tulang rawan yang menjadi permukaan
sendi yang licin, capsul sendi, urat sendi (ligament) dan urat otot
(tendon) dari otot yang kekuatannya normal.
Bentuk Cedera Pergelangan Kaki
Pada cedera ankle yang berat sering menyebabkan patah tulang mata kaki
sisi dalam, atau patah tulang mata kaki sisi luar atau kedua-duanya, hal
ini menyebabkan juga sendi ankle bergeser (subluksasi) atau bahkan
lepas (luksasi).
Suatu keadaan patah tulang, maka penatalaksanaan
jelas: sejak diagnosa, pengobatan (operasi) dan hasil operasi, dimana
dapat dinilai secara terukur, karena ketiga tahapan tersebut dapat
dilihat melalui Foto X-Ray.
Sebaliknya suatu cedera ankle yang
tidak menyebabkan patah tulang, maka yang jadi “korban” adalah jaringan
non tulang, terutama urat sendi (ligament) dan atau disertai capsul
sendinya, atau bisa juga cedera tulang rawan yang tidak kelihatan pada
Foyo X-Ray biasa.
Tergantung beratnya cedera, bisa hanya berupa
regangan, atau robekan halus, bahkan bisa berupa robekan parah.
Robekan-robekan jaringan non tulang bisa juga dinilai memakai Foto MRI,
tapi hasilnya belum maksimum. Memang untuk kerusakan tulang rawan sendi
dan memar tulang dibawah tulang rawan sendi sangat terbantu diagnosanya
oleh periksaan MRI.
Pemeriksaan lebih canggih lagi untuk
kerusakan dalam sendi adalah dengan cara arthroscopy (peneropongan),
yang dilakukan di kamar operasi. Tentunya sebelum dilakukan pemeriksaan
dengan alat bantu tersebut (Foto X-Ray dsb), terlebih dahulu harus
dilakukan wawancara yang teliti mengenai keluhan dan mekanisme
cederanya, disusul dengan pemeriksaan fisik seksama khusus ankle
tersebut.
Pemulihan Cidera
Selanjutnya robekan-robekan
jaringan tersebut meskipun tidak dijahit (karena tidak dibuka), akan
mencapai penyembuhan (penyambungan) kembali secara alamiah dalam periode
waktu tertentu, asal diberi kesempatan istirahat fungsi. Waktu yang
diperlukan untuk peroses penyembuhaan sekitar 3 sampai dengan 6 minggu,
tergantung beratnya kerusakan.
Proses alamiah ini bisa tercapai,
bila diistirahatkan dari fungsi sendi ankle yang berupa mengistirahatkan
gerakan sendi dan tidak menumpu berat badan, serta ditinggikan untuk
mengurangi atau menghilangkan bengkak. Pada fase akut sampai hari
kelima: diistiratkan; ditinggikan; didinginkan, contoh : pakai es
dibungkus kering (bukan dipanaskan!).
Mengistirahatkan gerakan sendi yang paling sederhana adalah dengan cara : waktu berjalan “seperti robot” (=
ankle dikakukan secara aktif oleh dirinya sendiri) ; menghindarkan dari
posisi yang tidak menguntungkan ankle (nyeri); meminimalkan aktifitas
berjalan dan tidak naik tangga.
Cara mengistirahatkan ankle yang
lebih kuat: bisa dengan cara memakai plester melalui teknik tertentu;
memakai elastic verban; memakai “ankle decker” atau memakai “ankle
splint”. Yang paling maksimum mengistirahatkan fungsi ankle adalah
dengan cara dipasang gips dan otomatis harus memakai tongkat.
Tatalaksana Lanjutan
Proses penyembuhan robekan urat sendi (ligament) dan atau capsul sendi
tidak bisa dipercepat. Kalaupun diberikan obat, ini sifatnya hanya
membantu. Justru memperlambat proses penyembuhan lebih mudah, misalnya:
dengan cara tidak mengistiratkan fungsi sendi seperti tersebut diatas;
atau bahkan diurut, jadi kalau cedera sekali dan diurut dua kali, sama
saja dengan cedera tiga kali.
Dengan cara-cara pasien menangani
sendiri atau tidak mengikuti program pengobatan yang betul, maka akan
terjadi penyembuhan yang terlambat, atau bahkan menjadi nyeri kronis
atau bahkan sama sekali tidak sembuh. Penanganan segera sangatlah
diperlukan dalam hal ini.
Untuk penatalaksanaan, terlebih dahulu
harus dievaluasi ulang kelainan yang ada sekarang (wawancara,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang). Dilanjutkan
dengan program penatalaksanaan secara khusus. Program ini pun tidak
selalalu memberikan penyembuhan yang maksimum. Hal ini harus dilakukan
segera agar tidak menjadi akut dan kronis.
#FractureManipulationCare
#BoneReposition
#SangkalPutung
#Cimande